Keunikan Desa Adat Osing Banyuwangi: Warisan Leluhur yang Tetap Hidup di Ujung Timur Jawa

5/5 - (1 vote)

Pendahuluan: Desa Adat Osing, Rumah Bagi Budaya Banyuwangi yang Tak Lekang oleh Waktu

Banyuwangi dikenal sebagai “The Sunrise of Java” — wilayah paling timur Pulau Jawa yang menjadi rumah bagi sederet budaya, tradisi, dan komunitas adat yang terjaga hingga kini. Di antara banyaknya identitas budaya Banyuwangi, ada satu yang selalu menjadi pusat perhatian wisatawan dan peneliti budaya: Suku Osing, masyarakat asli Banyuwangi yang adat dan bahasanya masih sangat terpelihara.

Salah satu pusat kehidupan Osing terletak di Desa Adat Osing Kemiren, sebuah desa budaya yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya hidup. Desa ini bukan sekadar kampung tradisional, tetapi sebuah ruang yang masih menampilkan keseharian masyarakat Osing, mulai dari bahasa, musik, tarian, arsitektur, hingga tradisi ritual yang diwariskan turun-temurun.

Desa Kemiren menjadi bukti bahwa Banyuwangi bukan hanya kaya keindahan alam, tetapi juga kaya sejarah, filosofi hidup, serta budaya yang unik. Berjalan di desa ini seperti melakukan perjalanan menembus waktu — sederhana, hangat, dan penuh makna.

BAB 1: Siapa Itu Suku Osing? Identitas Leluhur Banyuwangi yang Masih Bertahan

Sebelum menyelami desa adatnya, kita perlu memahami siapa itu Suku Osing.

Suku Osing atau Using adalah masyarakat keturunan Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa sebelum pengaruh Islam menyebar. Kata “Osing” berasal dari kata “using” atau “osing”, yang berarti “tidak”. Nama ini muncul karena masyarakat Blambangan dulu sering mengatakan “osing” jika tidak sepaham dengan penjajah atau pihak luar.

Identitas ini lama-lama melekat dan menjadi nama etnis mereka.

Ciri-ciri khas masyarakat Osing:

  • Bahasa sendiri, berbeda dari bahasa Jawa maupun Madura.
  • Rumah adat khas, yang disebut Omah Osing.
  • Tradisi pertanian kuat, karena leluhur mereka adalah petani dan pelaku ritual bumi.
  • Kepercayaan Kejawen yang masih terjaga, bercampur dengan tradisi Hindu-Buddha.
  • Musik khas, seperti Gandrung, Angklung Paglak, dan Barong Osing.

Meskipun zaman berubah, suku Osing masih memegang teguh adat, terutama di Desa Kemiren.

BAB 2: Desa Adat Kemiren — Rumah Besar bagi Masyarakat Osing

Desa Kemiren terletak di Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Jaraknya hanya sekitar 10–15 menit dari pusat kota, namun atmosfernya sangat berbeda. Jika kota Banyuwangi modern dan berkembang, Kemiren justru mempertahankan karakter tradisional: rumah-rumah kayu, bahasa Osing yang terdengar di setiap obrolan, aroma kopi pecah, dan suasana desa yang damai.

BAB 3: Keunikan Desa Adat Osing Banyuwangi

Berikut adalah keunikan paling penting, menarik, dan ikonik dari Desa Kemiren yang membuatnya dinobatkan sebagai desa adat resmi Banyuwangi.

1. Desa adat Osing Banyuwangi : Simbol Filosofi Leluhur

Rumah adat Omah Osing menjadi keunikan pertama dan paling mencolok di Desa Kemiren. Rumah ini memiliki ciri arsitektur tradisional yang diwariskan ratusan tahun lalu.

Ciri khas Omah Osing:

  • Terbuat dari kayu, bambu, dan anyaman.
  • Atap dari genteng tanah liat bergaya limasan.
  • Ruang dalam yang terbagi menjadi jrumahampeanjeguan, dan pawon.
  • Ornamen khas dengan ukiran sederhana.
  • Halaman tengah yang luas untuk kegiatan budaya.

Rumah Osing bukan hanya tempat tinggal. Ia adalah pusat kehidupan sosial keluarga, tempat ritual kecil dilakukan, tempat berkumpul, dan simbol keseimbangan antara manusia dan alam.

2. Bahasa Osing yang Masih Digunakan Sehari-hari

Bahasa Osing terdengar unik, agak mirip Jawa namun dengan ritme dan kosakata yang berbeda. Contohnya:

  • “Piye kabare?” (Jawa) → “Napa kabaré?” (Osing)
  • “Terima kasih” → “Matur suksma”

Ini adalah salah satu faktor unik yang membuat Desa Kemiren begitu autentik. Bahasa Osing menjadi alat komunikasi sehari-hari, bukan sekadar identitas simbolik.

3. Tari Gandrung: Mahakarya Seni Osing

Jika Bali memiliki Tari Kecak atau Legong, Banyuwangi memiliki Tari Gandrung, sebuah tarian sakral yang menjadi kebanggaan suku Osing.

Ciri khas Gandrung:

  • Dibawakan oleh penari perempuan.
  • Diiringi musik tradisional Osing.
  • Gerakan anggun namun penuh energi.
  • Busana berhias mahkota ombak banyu.

Gandrung tak sekadar tari hiburan. Ia dulu adalah tarian persembahan kepada Dewi Sri, simbol kesuburan dan kemakmuran.

Hingga kini, Desa Kemiren menjadi pusat pelestarian Gandrung.

4. Ritual Tradisi Tumpeng Sewu: Pesta Rakyat yang Mendunia

Salah satu tradisi Osing paling terkenal adalah Tumpeng Sewu. Tradisi ini diadakan setiap bulan Syawal setelah Idul Fitri. Dalam acara tersebut, warga Desa Kemiren menyiapkan:

  • ribuan tumpeng kecil,
  • lauk-pauk tradisional,
  • musik Osing,
  • doa bersama.

Ribuan tumpeng itu diletakkan di sepanjang jalan desa. Wisatawan bisa ikut makan bersama.

Tradisi ini melambangkan syukur dan doa keselamatan. Pemerintah Banyuwangi bahkan menjadikannya salah satu agenda wisata tahunan.

5. Barong Osing: Pertunjukan Sakral yang Berbeda dari Barong Bali

Banyak orang mengira Barong hanya ada di Bali, padahal masyarakat Osing juga memiliki Barong Osing yang khas.

Perbedaan Barong Osing dengan Barong Bali:

  • terlihat lebih garang dan misterius,
  • memiliki mitologi berbeda,
  • gerakannya lebih ritmis dan berenergi,
  • sering ditampilkan dalam ritual desa.

Barong Osing adalah simbol pelindung desa, sebuah entitas spiritual yang dihormati sebagai penjaga masyarakat.

6. Tradisi Khas: Seblang Bakungan dan Seblang Olehsari

Upacara ini adalah salah satu ritual tertua masyarakat Osing. Seblang adalah tarian ritual yang diyakini sebagai medium komunikasi dengan leluhur.

Jenis Seblang:

  • Seblang Bakungan → ditarikan penari sepuh (wanita lanjut usia).
  • Seblang Olehsari → ditarikan gadis yang belum akil balig.

Ritual ini dianggap sakral. Penarinya tidak boleh dipilih sembarangan. Biasanya, ia “dipilih” melalui tanda-tanda spiritual.

7. Kopi Kemiren dan Tradisi Ngopi Sepanjang Jalan

Media nasional menyebut Kemiren sebagai Desa Seribu Cangkir Kopi. Ini karena masyarakat Osing punya tradisi ngopi setiap pagi dan sore di teras rumah.

Yang membuatnya unik:

  • Kopi digiling manual.
  • Ada kopi pecah, kopi tubruk, dan kopi rempah khas Osing.
  • Warga saling menjamu tamu yang lewat.

Inilah mengapa wisatawan sering menganggap Kemiren sebagai desa paling ramah di Banyuwangi.

8. Angklung Paglak: Musik Tradisional dari Atas Pohon Kelapa

Suku Osing tidak hanya memiliki Gandrung, tetapi juga musik unik bernama Angklung Paglak.

Ciri khas:

  • Dimainkan di atas gardu/bangunan tinggi dari bambu (paglak).
  • Pemainnya berada di ketinggian 3–4 meter.
  • Suaranya merdu, ritmis, dan menggugah suasana.

Musik ini awalnya dimainkan oleh petani untuk menghibur diri.

Kini Angklung Paglak menjadi daya tarik wisata.

9. Upacara Baritan: Tradisi Tolak Bala Desa Osing

Baritan adalah ritual selamatan desa untuk menolak bala dan meminta perlindungan. Setiap keluarga biasanya membawa sesaji berupa:

  • tumpeng mini,
  • jajanan pasar,
  • lauk khas Osing.

Ritual dipimpin oleh tokoh adat dengan doa-doa Jawa kuno. Setelah ritual selesai, makanan dimakan bersama-sama.

10. Kuliner Osing: Khas, Pedas, dan Kaya Rempah

Kuliner Osing termasuk salah satu yang paling kaya rasa di Jawa Timur.

Beberapa makanan khasnya:

1. Pecel Pitik

Ayam parut kelapa pedas, biasanya disajikan pada upacara adat.

2. Sego Tempong

Nasi dengan sambal pedas nendang.

3. Uyah Asem

Sup asem gurih.

4. Kelempon

Camilan manis dari kelapa dan gula.

5. Kopi Kemiren

Kopi robusta khas desa.

Kuliner Osing menggambarkan karakter masyarakatnya: sederhana namun kuat dan berani.

11. Filosofi Hidup Orang Osing: Keselarasan dan Kesederhanaan

Suku Osing menjunjung tinggi nilai:

  • gotong royong,
  • kesederhanaan,
  • keterhubungan dengan alam,
  • penghormatan leluhur,
  • kemandirian,
  • kejujuran dalam bekerja,
  • semangat merawat tradisi.

Filosofi ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari di Desa Kemiren.

12. Potensi Wisata Budaya dan Edukasi

Desa Kemiren kini diakui sebagai:

  • Desa Wisata Budaya Nasional
  • Cagar Budaya Banyuwangi
  • Destinasi Wisata Kultural Internasional

Wisatawan datang bukan untuk foto-foto saja, tetapi untuk belajar langsung tradisi Osing seperti:

mengikuti ritual Baritan atau Tumpeng Sewu.

belajar menumbuk kopi,

ikut masak pecel pitik,

belajar menari Gandrung,

memahat ornamen Osing,

13. Modernisasi yang Tetap Berdampingan dengan Tradisi

Meski Banyuwangi berkembang pesat, masyarakat Osing berhasil mempertahankan tradisi tanpa menolak modernitas. Generasi muda kini mengelola:

  • kafe bertema Osing,
  • galeri batik Osing,
  • homestay desa adat,
  • kelas budaya privat untuk turis.

Inilah alasan budaya Osing tidak punah — karena diwariskan secara kreatif.

Kesimpulan: Desa Adat Osing adalah Warisan yang Hidup

Desa Adat Osing Kemiren bukan hanya destinasi wisata, tetapi identitas penting bagi Banyuwangi. Keunikan-keunikan seperti:

  • Omah Osing,
  • Tari Gandrung,
  • Tumpeng Sewu,
  • Bahasa Osing,
  • Barong Osing,
  • Kopi Kemiren,
  • Angklung Paglak,
  • Seblang,
  • Kuliner khas,
  • Filosofi hidup,

membuat Desa Kemiren layak disebut sebagai “jantung budaya Banyuwangi”.

Inilah desa yang tidak hanya menampilkan budaya, tetapi menghidupkannya setiap hari.